SEMARANG, suaramerdeka.com - Kiai Sholeh Darat atau Mbah Sholeh Darat yang sering disebut sebagai Mahaguru ulama Nusantara

adalah sosok yang nasionalis.

Sikap nasionalisme ia tunjukkan melalui pengajaran dan tertuang dalam beberapa kitab hasil karyanya.

Hal tersebut diungkapkan Katib Syuriah PCNU Kota Semarang KH In’amuzzahidin Masyhudi, saat menjadi pembicara dalam acara pembinaan asatidz bertema "Meneladani nasionalisme KH Sholeh Darat untuk mewujudkan guru LPQ yang nasionalis", di Kantor Sekretariat Badko LPQ Kota Semarang, Jumat (22/8/2025).

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah Penggaron Lor yang akrab disapa Gus In’am itu, menyampaikan, dalam kitab Majmu’ karya Mbah Sholeh Darat, disebutkan adanya pengharaman dalam hal penyerupaan.

“Dilarang menyerupai penjajah, seperti menyamai cara mereka berpakaian, di antaranya memakai celana dan berdasi. Berpakaian saja tidak boleh sama, jangan sampai tunduk pada Belanda,” kata dia.

Menurut Gus In’am, ada hal luar biasa dari cara penanaman nasionalisme yang dilakukan Kiai Sholeh Darat yaitu melalui jalur pengajaran dan pendidikan.

“Semangat mengajar Mbah Sholeh Darat sangat luar biasa. Beliau menulis tangan, berbahasa Jawa dengan Arab pegon. Karyanya ada sekitar 15 karya. Diterbitkan di Cirebon, di Bombai India, terus kemudian di Istambul Turki,” katanya.

Ia pun menyoroti kemerdekaan yang saat ini dirasakan rakyat.

Ia mempertanyaan, saat sekarang apakah benar-benar merdeka. Kondisi saat ini yang ada, menurutnya adalah penjajahan ekonomi.

“Kita ini sekarang itu dijajah oleh sistem. Seperti untuk lewat di tol, kita dipaksa harus menggunakan uang elektronik. Mau tidak mau kota harus mengisi kartu yang uangnya harus mengendap. Secara tidak sadar kita dipaksa oleh sistem,” terangnya.

Meski demikian, ia berpesan kepada para ustadz untuk terus mengajar santri dengan semangat nasionalisme. Ia menyitir ayat 34 Surat Ibrahim yang artinya, “Ketika Ibrahim berdoa, Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman,”.

“Hal itu menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim itu senang dengan negaranya. Beliau berdoa Ya Allah jadikanlah negaraku ini negara yang aman,” katanya.

Begitu juga Nabi Muhammad SAW ketika di Madinah. Setelah hijrah, Nabi berdoa, Allahumma Robbi ilaina Madinah al Munawarah kahubbina Makkah al Mukarramah. Ya Allah berikanlah rasa cinta kami kepada Madinah al Munawarah sebagaimana cinta kami kepada Makkah al Mukarramah.

Sementara itu Ketua Badko LPQ Kota Semarang Bahrul Fawaid menyampaikan, KH Sholeh Darat adalah ulama yang menjadi tiger penggerak perjuangan pada masa itu pada sektor pendidikan.

Menurut dia, dari dasar pemikirannya muncul gerakan berbasis pendidikan dan gender. Karena itu, dia memandang perlu untuk diteladani oleh ustadz di Semarang dalam pelaksanaan pengajaran di LPQ.

“Semangat nasionalme penting kita tanamkan kepada generasi. Kita Badko LPQ Kota Semarang mempunyai visi mewujudkan generasi Qurani yang kokoh dalam aqidah, rajin dalam ibadah, berakhlakul karimah, dan cinta tanah air NKRI,” terangnya.

Bahrul menambahkan, untuk memupuk nasionalisme para ustadz, dalam peringatan HUT ke-80 RI, dilaksanakan khataman Al-Quran muqaddaman sebanyak 80 kali khatam.

Pembacaan tersebut dilakukan oleh ustadz LPQ se-Kota Semarang, selama sepekan yang ditutup dengan pembacaan doa khatmil Quran pada 22 Agustus.

Selain itu, kata dia, untuk menyemarakan Hari Kemerdekan RI, digelar pertandingan tenis meja antar pengurus Badko LPQ Kecamatan se-Kota Semarang pada 18 Agustus lalu.

“Ini salah satu upaya kami dalam menanamkan dan membangkitkan semangat nasionalisme para ustadz dan seluruh yang terlibat dalam lembaga pendidikan AlQuran,” katanya.***